Bolamilenia.com – Presiden Arema FC, Gilang Widya Pramana, menceritakan suasana mencekam ruang ganti Arema FC pascainsiden di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) malam WIB. Banyak korban yang berjatuhan, hingga suporter berjuang untuk hidup.
“Banyak korban di luar sana, akhirnya ruang ganti berubah tempat sebagai korban, banyak korban yang dievakuasi, mereka sangat-sangat melihat bagaimana korban meninggal di sana, luka berat, sampai sakratarul maut pun mereka tahu, mereka sangat trauma dengan sepak bola,” buka Gilang Widya Pramana, dinukil dari kanal YouTube Trans 7.
Siapa yang menyangka, suporter yang datang ingin menyaksikan sepak bola, tapi pulang justru diantar oleh ambulans. Itulah yang dirasakan oleh para suporter Arema FC yang menjadi korban meninggal dunia dalam Tragedi Kanjuruhan.
Apalagi, pemain Singo Edan pun sempat menjadi saksi detik-detik setelah tembakan gas air mata pihak keamanan dilontarkan. Jelas, hal ini sangat memengaruhi mental pemain Arema FC. Andai saja Singo Edan terhindar kekalahan dari Persebaya, mungkin situasinya takkan terjadi seperti ini.
“Kondisi pemain merasakan trauma luar biasa, bagaimana peluit berakhir, pemain minta maaf kepada suporter, mereka masuk ke ruang ganti tak menyangka akan jadi seperti ini, mereka menyesal atas kekalahan,” paparnya.
“Ada yang menyalahkan, marah, penuh kekecewaan, setelah itu 15-20 menit kemudian terjadilah suasana yang sangat-sangat membuat mereka trauma, terpukul,” tambahnya.
Bahkan, Gilang bercerita kalau pemain Arema FC sempat menolong orang yang sekarat di ruang ganti, hingga akhirnya meninggal dunia. “Mungkin saat nanti tim berkumpul, yang saya lakukan adalah saya akan memanggil psikolog. Karena memang hampir semua pemain di sana, mereka langsung bantu korban, mereka kipasi, beri minum, memijati, menekan dada korban,” kata Gilang menggambarkan.
“Semua pemain coba apa saja yang bisa mereka lakukan. Para pemain butuh dukungan semangat juga, mereka sama-sama dengan suporter, mereka down juga,” pungkasnya.
